Bila kita memasuki kawasan perkantoran Kabupaten Nagan Raya yang baru di Kecamatan Suka Makmue, lambaian umbul-umbul bendera merah putih kecil semarak menyambut kita. Di kala malam, lampu warna warni yang menghiasi jalan raya Suka Makmue akan menyambut kedatangan setiap orang yang ingin melewati Nagan Raya. Hal yang sama akan kita jumpai sesekali sepanjang jalan menuju Kota Jeuram, kawasan perkantoran kabupaten yang lama. Nagan Raya sungguh berubah. Setidaknya demikianlah pendapat banyak masyarakat yang penulis temui selama bekerja di daerah ini. Tetapi hal itu hanya berkaitan dengan pembangunan sektor perkantoran pemerintahan ditambah lambaian umbul-umbul dan lampu hias kecil tadi. Sektor lainnya masih belum begitu terasa perubahannya.
Masyarakat harus diberikan contoh
Dari pertemuan pribadi langsung dengan Bapak Bupati Nagan Raya, Drs. Teuku Zulkarnaini, di benak penulis terlihat kesungguhan hati seorang pemimpin yang rindu memajukan rakyatnya. Visi pembangunan utama pemerintahan beliau dan wakilnya, Bapak Kasem Ibrahim, adalah ”masyarakat adil makmur” dan ditutup dengan ”demokratis dan terbuka (good governance)”. Semua arah pembangunan di Nagan bermuara kesana. Program sejuta sawit, misalnya, sebagaimana beliau pernah terangkan langsung kepada penulis: ”agar masyarakat memetik sendiri hasil dari tanah yang diberikan Tuhan kepada mereka, saya anjurkan menanam sawit di ladang bahkan di halaman rumahnya”. Barangkali cita-cita beliau adalah kalaupun masyarakat tak sadar pernah menanam sawit, pada ujungnya mereka sadar bahwa alam bisa memberikan hasil kepada mereka. Sawit yang ditanam di masing-masing rumah akan mendukung perekonomian masing-masing rumah tangga. Dengan begitu mereka akan sadar sendiri akan perlunya menanam sawit kemudian menanam sendiri. Beliau sadar betul pada rakyatnya. Rakyat yang memang harus perlahan diajarkan untuk mandiri. Pemerintahan di Nagan Raya adalah pemerintahan yang harus ditunjukkan dengan contoh. Dengan teladan.
Dukungan aspek fisik dan nonfisik dalam pembangunan
Nagan Raya dibekali dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya. Mulai dari yang di atas bumi, sampai yang jauh di pedalaman perut buminya. Di atas bumi, Nagan Raya memiliki tanah yang sangat subur. Hampir semua tanaman tropis bisa tumbuh disini. Nagan Raya memiliki persawahan yang luas, perkebunan kelapa sawit ribuan hektar, dan lahan kosong maupun hutan yang lebat. Di dalam perut buminya apalagi, sekarang ini ada perusahaan yang menambang batubara dan dalam waktu dekat akan dimulai juga pembangunan pembangkit listrik bermodal asing di Kecamatan Kuala. Selain aspek fisik alami, Nagan Raya memiliki sarana infrastuktur jalan, bendungan, irigasi, gedung, dan fasilitas umum lainnya. Ketersediaan semua ini muaranya hanya satu, yakni mendukung pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat. Aspek fisik terakhir adalah “manusia”. Masyarakat Nagan Raya memiliki jumlah angkatan kerja produktif yang melimpah. Generasi muda lebih banyak daripada generasi tua, sehingga modal pembangunan bisa berjalan dengan membekali generasi muda ini.
Pada aspek nonfisik, yang pertama sekali perlu dilihat adalah ”keamanan”. Pada masa konflik, kawasan Nagan Raya cukup mencekam, tetapi sekarang, jauh berbeda. Sangat jarang terdengar ada permasalahan kriminal apalagi gangguan dari kelompok bersenjata. Kasus kriminalitas rendah, membuktikan keamanan sipil terjaga dengan baik. Kemudian, aspek ”dukungan politik” yang juga stabil. Hubungan baik antara eksekutif dan legislatif cukup terbina. Anggota DPRD menyambut baik dan sering menghadiri kegiatan yang difasilitasi oleh penulis yang mana pemerintah dan DPRD duduk bersama mendengarkan masyarakat. Wujud nyata dari dukungan politik ini adalah bahwa DPRD siap bicara hati ke hati dengan dinas terkait maupun Bupati dalam hal pembangunan masyarakat. Budaya kekeluargaan dalam kerukunan beragama yang sangat santun ini turun dari pimpinan masyarakat tadi ke dalam rumah-rumah penduduknya. Masyarakat Nagan Raya sangat kohesif, dalam artian budaya mereka hampir seragam. Mulai dari ras, agama, dan bahasa. Satu hal yang heterogen/beragam adalah suku. Kalaupun ada suku yang berbeda, yakni suku dari masyarakat pendatang (transmigran), mereka sudah lama sekali kohesif dengan budaya lokal. Masyarakat aslinya pun berbaur dengan mereka. Hal ini sangat mahal harganya, sangat strategis dalam pembangunan.
Akhirnya, aspek nonfisik yang terakhir, yakni “harapan besar masyarakat akan pembangunan”. Dari penglihatan penulis terhadap apresiasi dan perhatian masyarakat terhadap undangan penulis dan partisipasi mereka dalam pembicaraan tentang pembangunan Nagan Raya, masyarakat sangat tertarik dan merasa dibukakan terhadap hal baru. Barangkali hal inilah yang jarang terdengar dalam pembangunan masyarakat di Nagan Raya selama ini. Dalam pelbagai pertemuan yang melibatkan masyarakat dan pemerintah, masyarakat sangat merindukan hal ini. Mereka mulai sadar bahwa menjadi subjek pembangunan adalah hal yang sangat penting bagi pembangunan kabupatennnya. Masyarakat siap diajak berperan dalam pembangunan.
Mari kita kembali ke visi pembangunan Pemerintahan Bupati Nagan Raya 2007-2012 yang diakhiri dengan frase: ”demokratis dan terbuka (good governance)”. Secara umum, prinsip utama good governance adalah: akuntabilitas, transparansi, berwawasan ke depan, tanggap, partisipatif, dan profesional. Pembangunan di Nagan Raya, begitu juga daerah lain di Nanggroe Aceh Darusalam dan Indonesia secara umum harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar ini. Dengan perbaikan pemerintahan dan birokrasinya yang jauh lebih akuntabel dan transparan dalam mengambil keputusan, yakni dengan mengajak partisipasi masyarakat dalam merumuskan program dan tujuan pembangunan yang tanggap terhadap permasalahan sesuai keadaan empiris terkini, dengan memandang jauh ke depan, bukan hanya yang bersifat jangka pendek, maka profesionalisme pemerintahan akan tercipta lambat laun.
Masyarakat mengharapkan pemerintah dan birokrat yang terus terang kepada rakyatnya, sebagaimana juga pemerintah dan birokratnya mengharapkan masyarakat mandiri dalam lingkungannya masing-masing sehingga mendukung pembangunan itu sendiri. Tapi kita hanya akan berputar-putar disini sampai ada yang berhenti dan mulai melakukan sesuatu. Pemerintah memang memiliki mandat menjalankan pembangunan dan menentukan arahnya, sebagaimana pilot sebuah pesawat menerbangkan pesawatnya. Tetapi masyarakat juga menentukan arah pesawat yang dituju, apakah arah yang akan dicapai bersama sudah tepat, karena masyarakat adalah co-pilot dari pembangunan itu sendiri. Masyarakat menjadi pembaca alat navigasi, penentu selamat tidaknya perjalanan. Tanpa pilot, pesawat tidak bisa terbang. Tetapi, tanpa co-pilot, pesawat tidak akan sampai kemana-mana.
Semua prinsip good governance tadi ujungnya hanya satu: menjadikan pemerintahan suri teladan masyarakatnya. Semangat pembangunan yang dicita-citakan Bupati dan Wakil Bupati Nagan Raya barangkali baru akan terlihat hasilnya yang luar biasa pada sepuluh atau beberapa dekade ke depan. Tetapi mengingat sebagaimana tanggal 22 Juli kemarin adalah ulang tahun ke-6 Nagan Raya, kabupaten ini masih baru beranjak dari “balita” menuju remaja. Umur yang masih muda. Umur orang masuk sekolah, umur kita belajar banyak hal dari manapun. Umur yang muda bagi kabupaten yang masih akan terus berkembang. Umur untuk belajar dari kekurangan yang masih ada. Pada umur inilah semua orang mulai punya cita-cita hendak jadi apa. Pada umur inilah Nagan Raya bisa mengejar cita-citanya menjadi masyarakat yang sejahtera. Dirgahayu Nagan Raya!
Penulis adalah pengamat pembangunan sosial Aceh.
Bertempat tinggal di Lueng Baro, Nagan Raya
No comments:
Post a Comment