Katanya, asal kata "fatwa" itu mirip-mirip "jawaban". Jadi, kalau kita mendengar ada sekelompok ulama memfatwakan sesuatu berarti mereka sedang menjawab pertanyaan ummat. Nah, fatwa oleh karenanya harus digunakan sebagai sandaran ummat melaksanakan ibadah atau berkehidupan di tengah masyarakat.
Kalau benar fatwa adalah jawaban pertanyaan, kenapa pertanyaan yang paling mendesak gak dijawab. Kenapa untuk menjawab hal-hal sepele seperti ini cepat sekali reaksinya. Facebook itu memang sama hakikatnya dengen telepon, sama-sama menolong manusia, sama-sama menghubungan kita dengan sesama, sama-sama bisa disalahgunakan. Tapi kenapa benda mati itu, yang neuter (netral tak bergerak) bisa dianggap perlu untuk dibahas haram-halalnya? Apa sudah kehabisan topik atau memang massive kerusakan moral bangsa karena facebook ini.
Facebook, sayangnya, sudah berhasil "menjual" Obama kepada jutaan masyarakat AS dan dunia. Facebook sayangnya lagi sudah mempertemukan jutaan manusia yang terpisah jutaan jam dari asalnya menjadi tahu bagaimana kabar sobatnya di tempat lain pada saat yang sama di ujung dunia manapun. Facebook juga sayangnya sudah membantu jutaan orang mengenal Indonesia, mengenal Jawa Timur, mengenal budaya kita. Facebook menjadi tempat dimana ribuan orang bisa mengetahui kabar Aung San Suu Kyi, Dalai Lama, dan ratusan orang yang diusir dari negaranya karena alasan politik. Facebook sudah menjadi sarana ribuan perusahaan dan periklanan mendapatkan uang untuk selamat dari krisis finansial dunia sekarang ini. Sayangnya, sekali lagi sayangnya, semua manfaan facebook tadi dirasakan juga oleh ratusan ribu manusia Indonesia yang memakai internet. Ribuan ummat mendapatkan berkah dari facebook. Kalau memang karena alasan ini saja saya menolak facebook, bagaimana ribuan orang lainnya.
Jawaban atau fatwa dari ulama-ulama tadi justru membuat kita semua, yang namanya ummat semakin panas kepada ulama. Apa saja yang mereka kerjakan? Untuk apa hal sesepele ini diurusin setengah mati. Apakah mereka sadar kalau facebook yang sama sudah dipakai ribuan orang menyebarkan kabar tentang fatwa mereka sendiri. ”Nasihat” mereka tampaknya sekali lagi hanya menyiram air ke lautan. Tidak ada artinya. Banyak cara membuat bangsa kita semakin bingung, semrawut, dan tidak adanya sosok yang bisa dijadikan panutan; salah satunya memberi nasihat yang tidak perlu. Mengomentari yang tidak secara dalam dimengerti. Dan dengan berat hati saya adalah salah satu dari mereka. Mereka yang bingung dan bertanya: ini pemimpin bangsa kita ngerjain apa? Gak ada gunanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment