Tuesday, June 09, 2009

Lawan Malaysia, rampas Siti Nurhaliza!

Oleh John F Audermansenn Sinaga

Di saat semua mata memandang tv di seantero Indonesia melihat Manohara yang chubby dan lucu diganteng mama tersayang, tentara kita ketar ketir di laut perbatasan Malaysia-Kalimantan Timur. Manohara yang cantik jelita itu disayat-sayat dengan silet dan disuntik supaya kelihatan gemuk, kata mamanya. Di perbatasan kita, seingat saya sampai hari ini sudah lebih selusin kali (tahun ini saja) pesawat dan kapal laut Malaysia hilir mudik enggak jelas mau apa di perairan yang dikenal dengan nama Ambalat. Ada apa ini? Ada apa dengan Malaysia? Satu manohara “disiksa” orang Kelantan saja kita pingin melempari Kuala Lumpur rasanya, apalagi dengan kapal perangnya yang mau mengambil laut kita. Apa ngajak perang?

Tahukah kita berita tentang penyiksaan Manohara dan tentara Malaysia menghampiri Ambalat tadi tidak menjadi berita apa-apa di Malaysia?. Bahkan ada tayangan tv kita yang mewawancarai WNI kita di Malaysia yang terheran-heran dengan itu semua. Emangnya Manohara siapa? Ambalat itu hewan apa pula? Tidak pernah mereka dengar cerita macam itu. Rupa-rupanya masalah ini gak ada pentingnya bagi orang Malaysia.

Dalam pendekatan yang tidak serius dan tidak ilmiah, saya melihat provokasi Malaysia itu memang becandaan pemerintah dan militer. Perdana menterinya orang baru, belum pernah main- main dengan tentara kita. Mereka hanya “testing the water”. Kalau memang Indonesia mengirimkan kapal perang, mereka mau lihat sebanyak apa, sekuat apa, secanggih mana. Mereka juga mau tahu reaksi masyarakat kita. Dengan tidak adanya “reaksi balasan” media di Malaysia, menunjukkan mereka tidak menganggap hal ini sebagai hal serius. Berarti memang sudah gawat citra bangsa kita di mata Malaysia.

Kumpulan persaudaraan Hindu-Muslim di Bali sudah berdemo ke tengah jalan seharian kemarin mengikrarkan diri siap perang melawan Malaysia. Bahkan anggota DPR berangkat kesana kemarin siang takutnya dianggap sama seperti melihat Julia Perez dan Gastano pacaran di Bali: hanya pemanis televisi. Semua pasti akan lewat, dan dilupakan semua orang minggu depan. Apa lagi yang bisa membuat Malaysia “takut” mengganggu kita? Tampaknya memang tidak ada. ABG di Malaysia malah keringat dingin nungguin Ariel Peterpan dan Gigi manggung disana. Indonesia sudah terwakilkan, tercitrakan, setuju atau tidak setuju oleh grup band saja. Atau jangan-jangan sinetron tidak lucu dan membosankan yang laris luar biasa disini dan disana. Kalaupun perang, bayangan paling menyeramkannya hanya: DEWA atau Arie Laso mogok manggung di Selangor; dan seterusnya. Klimaks permusuhan kedua negara adalah RCTI atau SCTV memutus sinyal satelitnya ke Malaysia.

Saya bukan pemihak Malaysia atau orang yang bersedia hari ini juga kalau diajak Pak Prabowo menyerang Malaysia saya ikut. Bukan. Belum tentu, lebih tepatnya. Saya hanya miris dan takut kalau saja ada peristiwa lainnya yang akan terjadi minggu ini atau bulan depan yang membuat kita, orang-orang biasa tak berpistol di negeri ini marah. Kita tidak bisa berbuat apa-apa, dan sepertinya pemerintah kita juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Ada terlalu banyak perusahaan pertambangan, perkebunan, manufaktur, perkayuan, dan mesin yang dibangun encik-encik bermata sipit di negeri ini. Ada ribuan orang yang makan dari mereka. Ribuan lagi yang tergantung dengan operasi tiap-tiap hari bisnis mereka.

Apa benar kita sudah dijajah lagi? Apa benar untuk berteriak saja kita sanggup? Kayaknya benar sih. Yang berteriak di e-mail saja bisa masuk pengadilan karena stress ditipu rumah sakit bangsa sendiri. Macam mana pula mau protes ke negara dan orang-orangnya yang memberi kita uang? Mau protes, malah kita yang dipecat nanti.

Well, kalaupun mau ngajak perang nanti, saya sih mau aja. Kita sikat mereka, rebut Siti Nurhalizah!! Setidaknya disini akan ada yang bisa kita suruh nyanyi seenak kita nanti. Lagunya kayak gini: “rasa sayang e… rasa sayang, sayang e… e lihat dari jauh…”

No comments:

Blog Archive