Selama sebulan ini aku ke beberapa
Bahkan, Pak Hasmi, tukang beca di
Sampai tanggal 5 April hari ini, 4 hari sebelum pemilu, saya jujur tidak tau bakalan milih siapa dari partai mana untuk kursi DPR, DPRD I dan II, dan DPD. Saya benar-benar gak tahu. Bukan karena apa-apa. Bukan karena aku grogi bakal mencontreng atau apa. Tapi jujur karena saya muak betul, gak tau harus marah sama siapa, karena kecewa luar biasa dengan partai-partai kita. Jangan-jangan saya nantinya bukan mencontreng, tapi meludah atau pingsan.. Empat puluh lebih partai yang ada di Aceh, dan 38 lainnya di Indonesia merilis orang-orang yang supercanggih tapi supernorak, superbanyak dan supermengherankan. Gak tau harus mulai dari mana. Tapi jangan-jangan betul kata-kata semua tukang becak yang kutemui itu. Orang-orang yang benar-benar pintar, sarjana, berkarya sekian tahun bagi rakyat, prososial, penggerak pembangunan dan seterusnya kok jarang muncul.
Saya pernah dikagetkan sekali oleh tukang mie goreng langganan yang datang menyodorkan kartu nama calegnya. Sambil kaget, saya tanya: ini beneran? Kok fotonya gak ada dimana-mana?dan seterusnya. Saya bukan menghina atau apapun, tapi kalau cuman tamat SMA, itupun kejar paket C, enggak pernah megang buku konstitusi, jarang baca koran, gak pernah keliatan ikut ronda dst mosok mau maju jadi caleg. Masak satu kota besar yang penduduk pintarnya ribuan sarjana dipimpin dan diwakilan oleh tukang mie tadi. Mau bicara apa dia di depan Bupati? Kadis? Google aja dia gak ngerti itu hewan apa.
Lebih anehnya lagi, di tempat saya kerja sekarang, di salah satu kabupaten sini ada seorang mantan bandit, pembunuh, pencuri uang rakyat, mantan kombatan yang sepanjang hidupnya hanya tau memburu orang, matiin manusia dan menipu, maju jadi caleg. Pas dia kampanye, konvoi mobil mewah dan baru itu sampai 30-an. Cuman keliling-keliling kota pake kacamata hitam semua anggotanya. Gak ada diskusi, gak ada retorika, gak ada jualan visi-misi dan hantu belau lainnya. Yang ada hanya kasih kartu nama, keliling kota, bagiin duit. Itu aja. Mau kemana bangsa ini?
Inilah yang paling saya takutkan dari gelombang ”demokrasi” Indonesia modern sekarang. Karena semua orang bisa maju, tapi gak banyak yang tertarik, partai-partai seenaknya ngambilin orang macam tadi itu. Kalau begitu kita gimana ini? Apa golput semua? Apa di rumah semua pas pemilu. Berdoa dari jauh jangan sampe ada kekacauan? Entahlah. Saya sendiri gak bisa mikir apa-apa lagi. Masak dari ratusan caleg DPR dan D di Medan (tempat pemilihan saya nanti), satupun aku tak tahu harus memilih siapa dari mereka. Apakah aku sendirian yang kayak begini? Kalau benar, berarti aku musti belajar melihat dengan teliti. Keliling kota sekali lagi. Tapi kalau bukan Cuma aku, dan semua orang juga mikir kayak aku, berarti negara ini sudah gawat jalannya. Kepada calon-calon presiden yang ada, Jangan pilih aku dulu deh jadi wapres ntar yah. Milih caleg aja gak becus aku ini.
1 comment:
Saya ndak semangat ikut Pemilu. Lha nama saya ndak diakui di daftar pemilih tetap di sini..
Post a Comment